ANITA TOURISIA
Kepulangannya pada tanggal 14 Desember 2014 ke Tanah Air yang tetap di
cintainya bukan sekedar melepas rindu saja pada keluarga tercinta,
terlebih saat mendengar sang Ayahanda ‘ Bayu Trie Wirawan’ yang sedang
sakit, seorang ‘Anita Tourisia’ juga berhasil menjumpai sahabat masa
kecilnya ‘Nanin Nanin Sudiar dan Yon Koeswoyo’ saat mereka sama dikenal
sebagai penyanyi Populer di masa tahun 60-70’an. Anita juga rela
meninggalkan anak semata wayangnya ‘Rolan Easystone’ yang dilahirkannya
pada 9 October 1988 hasil pernikahan dengan seorang pria berkebangsaan
Amerika ‘William Easystone’ yang telah dinikahinya pada tahun 1984 namun
berakhir perceraian. Kisahnya dimulai saat penulis mengikuti dua hari
perjalanan seorang ‘Anita Tourisia’ yang bernama lengkap ‘Anithea
Tourisia Trie Wirawan’ sebelum bertolak di hari jum'at 19 desember 2014
kembali keNegara tempat dimana sekarang menetap si California. Selama
berada di Indonesia Anita memburu tenunan Batik untuk oleh-oleh para
sahabat-sahabatnya dan sasaran yang dipilihnya adalah Thamrin City,
Pasar Raya-Sarinah & Pasar Raya Blok M, juga tak ketinggalan berburu
masakan khas Indonesia Daging Rendang & Jengkol Balado kesukaannya .
yang sulit ditemukan diNegara kini dia menetap. Anita adalah seorang
penyanyi yang sangat Populer dimasa tahun pertengahan 60’an hingga awal
tahun 70’an dengan sejumlah album2nya, seperti: Mama, Selendang Merah,
Bunga Mawar, Flipper, Bibi Tersayang, Pemancar Kesayangan, Dewi Amor,
Konde Palsu, Si Manis, Tetesan Air Mata, Buang Sauh, Papi Tercinta,
Siapa-siapa Saja, Janji Tak Bertepi, Si Manis, Air Mata, Kunang-Kunang,
Tetesan Air Mata, Cabe Rawit. Dia berkisah bahwa secara profesional
dimulainya ketika usianya baru menginjak 7 tahun, karena seringnya
bersandung di setiap kesempatan kapan dan dimana saja dirumahnya membuat
ibunya melihat bakat anak sulung dari 7 bersaudara ini menyarankan
untuk bergabung di Group Band Ayahnya yang seorang Tentara berpangkat
Letnan. Anita sendiri mengakui dirinya adalah tipe orang yang sangat
pemalu, namun untuk urusan tarik suara malah sebaliknya menjadi
malu-maluin karena tidak mau berhenti bila tidak disuruh menyudahi
memberi kesempatan yang lain. Bakat alam yang didapatnya justru bukan
dari kedua orang tuanya, justru dia belajar dan menirunya dari mendengar
di radio yang sedang memutar lagu-lagu barat dari kebanyakan penyanyi
solo atau group Band Pria, sebut saja ‘The Beatles, Tom Jones, The
Beeges, The Cat, Engelbert Humperdinck, Anita mengakui sangat favorits
dengan Tina Tunner dan Freddie Mercury. Namanya sendiri diberikan oleh
kedua orang tuanya sebagai ANITA TOURISIA, sang ibu ‘Maritje Mardiana’
sangat memuja Bintang film Belanda ‘Anita Ekberg’, sementara Ayahandanya
‘Bayu Trie Wirawan’ saat itu sedang bertugas di Bali menambahkan nama
belakangnya TOURISIA karena sang ayah melihat bnyak Tourist (Turis)
berkunjung di Pulau Dewata ini maka menjadilah nama Anita Tourisia
kelahiran Surabaya 1 Agustus 1956 adalah nama yang kita kenal sekarang
ini. Nasib mujur mendekatinya saat bernyanyi di Group Band ABRI sang
Ayah dan sesekali sebagai penyanyi penampil untuk selingan di Binaria,
suatu hari terlihat orang Televisi dan mengajaknya bernyanyi di TVRI.
Sejak itulah 'Anita Tourisia' sering wara-wiri muncul di Layar kaca dan
sesekali di Night Club tentunya masih dalam pengawasan sang Ayah &
Ibu yang bertindak sebagai manajernya. Dikisahkannya pengalaman
menariknya adalah saat usia 7 tahun dan belum rekaman album , di bawa
oleh pelawak ‘S Bagio’ show ke Surabaya bersama penyanyi senior
dimasanya ‘Lilies Suryani, Ida Royani, Aida Mustafa’, dia ingat betul
rasanya sebagai orang baru terjun sebagai biduan mendapat perlakuan
diskriminasi dari sekitarnya sementara penyanyi lainnya mendapat jatah
menyanyi dua lagu sementara dia hanya kebagian satu lagu. Dengan baju
dan dandanan ala kadarnya, Anita tidak menyia2kan kesempatan emas untuk
unjuk kebolehan tarik suara seperti seniornya dan menyanyikan lagu AKI
tembang dari negara Francis. Saat itu ruangan gelap gulita dan tak
telihat penonton, Anita berfikir tidak ada penonton dan tetap bernyanyi,
namun saat menyudahi lagu lampu baru menyala dan tiba2 suasana riuh
tepuk tangan seperti tak ingin berkesudahan. Barulah Anita sadar
ternyata, penonton membludak penuhi ruangan gedung dan akhirnya panitia
memohon ke S Bagio agar Anita bersedia bernyanyi kembali untuk kepuasan
penonton yang berteriak2 ‘more..more..more’. Satu lagi kisah yang
membuatnya suka senyum simpul sendiri hingga hari ini, kejadiannya ‘saat
bernyanyi di Night Club – Sarinah’ rambut palsu (wiq) yang dipakainya
lepas dan jatuh ke lantai saat menyanyikan lagu ‘I Who Have Nothing’
sehingga menyisakan rambut aseli dengan sejumput konde berIkat karet
gelang saja. Adalah sangat sulit membayangkan betapa malunya bila
terjadi semacam itu dan menjadi aib bagi seorang biduan bila mengalami
hal semacamnya, konon Bulu Mata palsu pun bila terjatuh kelantai maka
akan terdengar hembusan anginnya dan siap2 untuk di dakwa... ada dua
pilihan si Biduan berlari sambil menangis atau memungutnya namun
resikonya penonton akan meneriakinya dan mengejeknya habis-habisan.
Bukan Anita namanya bila tidak memiliki akal membuat sekonyong2 hanya
sebuah dagelan...?, lalu dipungutnya rambut palsunya dan kembali
memasang dirambutnya sambil menatap ke penonton yang terdiam seribu
bahasa menunggu pengHakiman untuk mendakwa dan apa kira2 pembelaan oleh
penyanyi ini?... Rupanya Anita memasang kembali rambut palsu sedapatnya
dan mendelikkan mata sebesar Jengkol, menaikan tangan meniru mongkey dan
menjulurkan lidah seperti guguk sambil berkata weeeeeeeeek... Kontan
penonton yang terdiam tadi tiba-tiba tertawa terpingkal2 karena
menyangka Anita sedang melawak, hahahahahahahah.. kena deh loe penonton.
Akhirnya seorang Produser Rekaman mengajaknya membuat Album dimana
Anita Tourisia bergandengan dengan ‘Nanin Sudiar’ masing2 mereka
membawakan 3 buah lagu dalam bentuk rekaman vinyl atau plat, sayangnya
mereka berdua sama lupa judul album tersebut. Kemudian Anita Tourisia
kembali muncul pada album ‘Sepeda Mini’ dan menjadikan namanya menjulang
adalah pada album ke Tiganya yang berjudul ‘Mama/ Syair D.Djufri &
lagu Selendang Merah/ cipt. A Riyanto’. Sayangnya pihak produser tak mau
merugi untuk buru-buru melepas kepasaran album ke 4 dari Anita Tourisia
mcurlah album ‘Bunga Mawar/cipt. A Riyanto & Anak RT Jadi
Pengantin/Cipt. D Djufari, benar saja album ini tidak sedahsyat album
sebelumnya. Kemudian diceriterakan kembali oleh Anita bahwa ada seorang
produser yang gagal menggaet pasangan Titiek Sandhora & Muchsin dan
tertarik melihat Anita Tourisia yang dipikirannya mampu menyaingi atau
setidaknya menyamakan kepopuleran Titiek Sandhora & Muchsin dengan
menyandingkan seorang penyanyi pria dewasa bernama ‘Dydy Yuda Prawira
lewat album Dudidu Didu & Rejeki Nomplok/cipt.Wedaswara, benar saja
pasangan baru ini cukup menggetarkan hati penikmat musik Indonesia
dimasanya. Sayangnya pasangan ini seumur jagung dan Anita Tourisia tetap
melenggang sebagai penyanyi solo wanita yang memiliki suara khas yang
tidak dimiliki penyanyi seangkatannya dan tour show tidak saja di
wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke tapi sudah merambah ke
negara Asia bahkan 2 buah album di hasilkannya di negara Singapura dari
recording Cameron dengan sejumlah single seperti: Di Taman Bunga, Pantai
Besji, Hiasan Mimpi, Biarkan Ku Menangis. Pada Usia 11 tahun, ke
populeran namanya, mobil mewah, rumah mentereng dan uang banyak
diperolehnya saat album MAMA meledak di pasaran, rumah lama di Asrama
ABRI Tanjung Priuk di tinggalkannya dan menempati rumah baru hasil jerih
payahnya dari hasil ngamen di daerah Tomang- Jakarta Pusat. Rumah
barunya terbilang luas dan besar, tujuannya agar menampung kedua orang
tua dan adik2nya yang selama ini memberikan suport kepadanya sehingga
menjadikannya seorang biduan Populer dimasanya. Patutlah rasanya Anita
Tourisia menikmati hasil jerih payahnya dari album2nya, show-show ke
berbagai Negara Asia seperti Singapura, Malaysia dan daerah2 Indonesia
di Lakoninya sehingga dimasa itu tidak ada yang tak mengenal nama Anita
Tourisia. Namanyapun menjadi buah bibir di kalangan musisi dan media
yang melibatkannya sebagai tandingan ‘Titiek Sandhora’, terlebih lagu
‘Mama/syair.D. Djufari, Selendang Merah/cipt.A Riyanto & Pemancar
Kesayangan/cipt.Wisjnu M’ menjadi lagu wajib di radio Nusantara. Namanya
sering dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah terjadi di
Medan Namanya dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah
terjadi di Medan seseorang melaporkan padanya melihat Anita sedang show,
Anita kaget dan terperanjat karena disaat sama dia merasa tdk pernah
terlibat show didaerah tersebut dan setelah diusut ternyata sesorang
penyanyi daerah yang didandanin mirip Anita Tourisia dan menyanyikan
lagu-lagu hits darinya secara Lipsing. Tahun 1974 adalah album terAkhir
yang dihasilkan dan Anita Tourisia mulai kePincut melebarkan sayap untuk
diAkui menjadi penyanyi Internasional, saat itu Anita sedang bernyanyi
sambil Dance, seorang pencari bakat wanita-wanita muda & cantik
menguasai Ballet untuk diajak sebagai Dance & Ballet di Rumania
bernama ‘Pieter’. Sang ayah menolak tegas dan membukakan mata Anita
bahwa bila disana tentunya sang ayah tak mungkin bisa menemaninya kemana
dia bisa pergi. Kekerasan hati Anita untuk hengkang dari Tanah Airnya
menjadi kekuatannya untuk memastikan menjemput impian pada tujuannya
Amerika, terlebih Anita mempunyai kekasih koresponden di California
bernama ‘Darrel Bratty’ adalah seorang Lawyer terkemuka pastilah dapat
membantunya untuk raih impiannya. Anita sang pemalu yang polos tak
pernah menoleh kebelakang dan didongakkan kepalanya menatap lurus bahwa
untuk menjadi super star dunia harus rela berkorban berpisah dari
populeritas yang sudah didapatnya dan orang2 dicintainya. Sayangnya apa
yang dipikirannya adalah selalu perjalanan mulus itu tidak dijumpainya,
sahabat korrespondentnya dengan seorang penyanyi Amerika ‘Neil Diamond’
saat itu tidak dijumpainya untuk merekomendasikan untuk bisa masuk
diNegara yang ditujunya karena sedang show di England terlebih pakaian
dan uang banyak tertinggal si koper ke penerbangan New York. Anita
terbengong sendiri di Airport, mulai gambaran2 diotaknya tentang
kebrutalan negara paman sam mulai berkecamuk kalau2 dia dirampok bahkan
dibunuh terlebih perempuan seorang diri tak mungkin menyusul sang idola
korrespondent ke Los Angeles tanpa baju ganti dan uang. Namun Tuhan
tidak ingin melihatnya lama2 berpikir buruk2 kekerasan dunia karena dia
percaya Tuhan ada dimana2 dan selalu tunjukan keEsaanya, benar saja
seseorang juga sedang kebingungan karena kopernya juga ikut terbang ke
New York bersama koper Anita. Dia adalah seorang suku Indian yang baru
saja bertugas sebagai tentara di Korea dan tadi dipesawat satu duduk
dibarisan bangku sama tapi sepanjang penerbangan tidak bersapa. Tentara
Indian kemudian menawarkan untuk kerumahnya daripada seorang diri di
Airport dan janjinya bseok kembali sama mencari kopernya, Anita manut
dan menurut saja tanpa beban dan berfikirin negatif kepada orang yang
baru dikenalinya. Anita dibawa kepemukiman suku Indian dan diperkenalkan
ke Ibu dan saudari perempuannya disinilah Anita merasa lega dapat tidur
habiskan mimpi malamnya di kamar pemuda suku yang rela berbagi untuk
Anita dan dia sendiri memilih tidur disofa ruang tamu. Esoknya pemuda
Indian menepati janjinya mengantar Anita mengurus kopernya dan
setelahnya mereka berpisah untuk masing2 menata kembali kehidupannya, oh
iya .. sayangnya sang dewa penolong itu Anita sama sekali tidak ingat
namanya kecuali melukiskan bahwa wajahnya mirip ‘Charles Bronson’ si
iklan Mandoooom itu sehingga penulis tidak mencantumkan namanya.
Akhirnya Anita menempati sebuah Apartement dan lambat laun sudah mulai
beraktivitas layaknya seorang wanita kepasar belanja keperluan sehari2
yang Anita tidak pernah lakukan saat masih di Indonesia mulai dari masak
memasak dan mengenal dugem dan pesta2 anak muda-dmudi sehingga tidak
terasa masa visanya sudah habis dan harus perpanjangan masa berlakunya
sementara pekerjaan sebagai penyanyi belum juga berpihak padanya.
Seorang pria kenalannya bernama ‘Robert King’ menawarkan solusi untuk
menikahi dengan maksud dan tujuannya sebagai penjamin untuk mendapatkan
‘green card’, Anita manut saja dan mulai merambah menyanyi2 di cafe
& resto tanpa harus main petak umpet dengan Imigrasi. Selama
hitungan bulan perpisahannya dengan pemuda Indian yang mirip Charles
Bronson itu, Anita dan Robert King berkunjung ke pemukiman suku indian
untuk sampaikan terimakasih sekligus memperkenalkan suaminya dan betapa
terkejutnya Anita mendapat kabar dari para tetangga suku indian itu
bahwa si Charles Bronson itu sebenarnya sudah meninggal 3 tahun lalu
tewas dimedan perang. Kepala Anita menjadi pusing terasa nanar dan bumi
berputar, langit seakan runtuh bila dia ingat betul pertemuannya pemuda
indian itu, duduk berdampingan dalam pesawat, sama ketinggalan koper dan
bahkan sudah pernah menempati kamar tidur dirumahnya maupun kembali
mengantar ke Airport untuk mengurus kopernya adalah anita percaya adalah
seseorang yang dikirim Tuhan untuk menolongnya... Wallahualam. Menjadi
Artis diNegara orang adalah bukan gampang seperti permainan sulap
langsung abrakadabra, belum lagi bahaya terjebak kedalam mulut harimau,
bahkan bisa masuk kandang singa, produser disana blak2an menawarkan
seorang penyanyi bisa diorbitkan asal bisa menemaninya dulu tidur dan
lebih parahnya ada yang menawarkannya asal bisa melakukan ‘oral sex’
ditonton banyak orang lain. Bila soal itu Anita bukanlah orangnya yang
gampangan untuk bisa diajak tidur demi popularitas terlebih masih ingat
bahwa wanita indonesia masih mempunyai norma2 ketimurannya yang
dijunjung tinggi terlebih sudah memiliki suami. Karir menyanyi Anita
cukup melesat bagai panah, pertunjukan shownya diberbagai negara
seperti; Canada, Alaska, New York dan seluruh Amerika sudah
disinggahinya sehingga pernikahannya diujung tanduk karena ketidak
siapan Anita memiliki Baby dan prioritas adalah karir impian semasa di
Indonesia. Akhirnya pernikahan Anita dengan Robert Kingpun kandas,
mereka berpisah dengan damai tanpa ada permusuhan dan semata2 hanya
karena pernikahan untuk sebuah green card saja. Akhirnya Anita
melenggang sebagai penyanyi di pub sehingga kesempatan dari mr William
‘Morris Agency’ terpaksa terlewat karena sang pemilik pub sudah mengikat
penyanyinya dengan kontrak sepihak, hingga suatu hari sepasang suami
istri dari salah satu tamu tetap sering memperhatikan dengan seksama
tindak tanduk Anita. Pada akhirnya diketahuinya bahwa sepasang suami
istri ini tertarik merekrut Anita sebgai spionase atau intelijen Agen
Asing Rahasia yang tetap sebagai penyanyi namun mempunyai tugas
memata-matai pub-pub yang di singgahinya karena terendus ada kegiatan
portitusi. Anita Tourisia kini sudah meninggalkan aktivitasnya sebagai
penyanyi dan dia ingat terakhir kalinya masih melempar album ‘Little
Teaser’ pada tahun 1984 produksi Amerika saat masih bersama suami
keDuanya ‘William Easystone’ yang bertindak sebagai produser dimana
album inipun sempat beredar di indonesia. Begitupula Anita menyempatkan
pulang kampung di Indonesia menerima show di jakarta selama 1bulan dan
Jogyakarta 1 minggu menjadi saksi sebagai ucapan ‘Good Bye’ pada dunia
yang dulu membesarkannya. Anita berceritera dengan dunia barunya bahwa:
‘pernah menerima Teror Ancaman Pembunuhan dan merasa sangat ketakutan
bersembunyi di bagasi mobil berjam-jam sebelum dianggapnya benar2 aman
dan bahkan pernah di dampingi bodyguard bila hendak kemana2’.
AnitaTourisia yang lembut berkulit halus kini tidak ditemukan di dirinya
lagi, yang ada sekarang Anita Tourisia penuh otot dan tubuhnya berhias
dengan Tatto, dikisahkannya: mulai tertarik dunia barunya sebagai
Detektif Swasta yang sudah dia geluti pada pertengahan 80’an ter
Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
ANITA TOURISIA
Kepulangannya pada tanggal 14 Desember 2014 ke Tanah Air yang tetap di
cintainya bukan sekedar melepas rindu saja pada keluarga tercinta,
terlebih saat mendengar sang Ayahanda ‘ Bayu Trie Wirawan’ yang sedang
sakit, seorang ‘Anita Tourisia’ juga berhasil menjumpai sahabat masa
kecilnya ‘Nanin Nanin Sudiar dan Yon Koeswoyo’ saat mereka sama dikenal
sebagai penyanyi Populer di masa tahun 60-70’an. Anita juga rela
meninggalkan anak semata wayangnya ‘Rolan Easystone’ yang dilahirkannya
pada 9 October 1988 hasil pernikahan dengan seorang pria berkebangsaan
Amerika ‘William Easystone’ yang telah dinikahinya pada tahun 1984 namun
berakhir perceraian. Kisahnya dimulai saat penulis mengikuti dua hari
perjalanan seorang ‘Anita Tourisia’ yang bernama lengkap ‘Anithea
Tourisia Trie Wirawan’ sebelum bertolak di hari jum'at 19 desember 2014
kembali keNegara tempat dimana sekarang menetap si California. Selama
berada di Indonesia Anita memburu tenunan Batik untuk oleh-oleh para
sahabat-sahabatnya dan sasaran yang dipilihnya adalah Thamrin City,
Pasar Raya-Sarinah & Pasar Raya Blok M, juga tak ketinggalan berburu
masakan khas Indonesia Daging Rendang & Jengkol Balado kesukaannya .
yang sulit ditemukan diNegara kini dia menetap. Anita adalah seorang
penyanyi yang sangat Populer dimasa tahun pertengahan 60’an hingga awal
tahun 70’an dengan sejumlah album2nya, seperti: Mama, Selendang Merah,
Bunga Mawar, Flipper, Bibi Tersayang, Pemancar Kesayangan, Dewi Amor,
Konde Palsu, Si Manis, Tetesan Air Mata, Buang Sauh, Papi Tercinta,
Siapa-siapa Saja, Janji Tak Bertepi, Si Manis, Air Mata, Kunang-Kunang,
Tetesan Air Mata, Cabe Rawit. Dia berkisah bahwa secara profesional
dimulainya ketika usianya baru menginjak 7 tahun, karena seringnya
bersandung di setiap kesempatan kapan dan dimana saja dirumahnya membuat
ibunya melihat bakat anak sulung dari 7 bersaudara ini menyarankan
untuk bergabung di Group Band Ayahnya yang seorang Tentara berpangkat
Letnan. Anita sendiri mengakui dirinya adalah tipe orang yang sangat
pemalu, namun untuk urusan tarik suara malah sebaliknya menjadi
malu-maluin karena tidak mau berhenti bila tidak disuruh menyudahi
memberi kesempatan yang lain. Bakat alam yang didapatnya justru bukan
dari kedua orang tuanya, justru dia belajar dan menirunya dari mendengar
di radio yang sedang memutar lagu-lagu barat dari kebanyakan penyanyi
solo atau group Band Pria, sebut saja ‘The Beatles, Tom Jones, The
Beeges, The Cat, Engelbert Humperdinck, Anita mengakui sangat favorits
dengan Tina Tunner dan Freddie Mercury. Namanya sendiri diberikan oleh
kedua orang tuanya sebagai ANITA TOURISIA, sang ibu ‘Maritje Mardiana’
sangat memuja Bintang film Belanda ‘Anita Ekberg’, sementara Ayahandanya
‘Bayu Trie Wirawan’ saat itu sedang bertugas di Bali menambahkan nama
belakangnya TOURISIA karena sang ayah melihat bnyak Tourist (Turis)
berkunjung di Pulau Dewata ini maka menjadilah nama Anita Tourisia
kelahiran Surabaya 1 Agustus 1956 adalah nama yang kita kenal sekarang
ini. Nasib mujur mendekatinya saat bernyanyi di Group Band ABRI sang
Ayah dan sesekali sebagai penyanyi penampil untuk selingan di Binaria,
suatu hari terlihat orang Televisi dan mengajaknya bernyanyi di TVRI.
Sejak itulah 'Anita Tourisia' sering wara-wiri muncul di Layar kaca dan
sesekali di Night Club tentunya masih dalam pengawasan sang Ayah &
Ibu yang bertindak sebagai manajernya. Dikisahkannya pengalaman
menariknya adalah saat usia 7 tahun dan belum rekaman album , di bawa
oleh pelawak ‘S Bagio’ show ke Surabaya bersama penyanyi senior
dimasanya ‘Lilies Suryani, Ida Royani, Aida Mustafa’, dia ingat betul
rasanya sebagai orang baru terjun sebagai biduan mendapat perlakuan
diskriminasi dari sekitarnya sementara penyanyi lainnya mendapat jatah
menyanyi dua lagu sementara dia hanya kebagian satu lagu. Dengan baju
dan dandanan ala kadarnya, Anita tidak menyia2kan kesempatan emas untuk
unjuk kebolehan tarik suara seperti seniornya dan menyanyikan lagu AKI
tembang dari negara Francis. Saat itu ruangan gelap gulita dan tak
telihat penonton, Anita berfikir tidak ada penonton dan tetap bernyanyi,
namun saat menyudahi lagu lampu baru menyala dan tiba2 suasana riuh
tepuk tangan seperti tak ingin berkesudahan. Barulah Anita sadar
ternyata, penonton membludak penuhi ruangan gedung dan akhirnya panitia
memohon ke S Bagio agar Anita bersedia bernyanyi kembali untuk kepuasan
penonton yang berteriak2 ‘more..more..more’. Satu lagi kisah yang
membuatnya suka senyum simpul sendiri hingga hari ini, kejadiannya ‘saat
bernyanyi di Night Club – Sarinah’ rambut palsu (wiq) yang dipakainya
lepas dan jatuh ke lantai saat menyanyikan lagu ‘I Who Have Nothing’
sehingga menyisakan rambut aseli dengan sejumput konde berIkat karet
gelang saja. Adalah sangat sulit membayangkan betapa malunya bila
terjadi semacam itu dan menjadi aib bagi seorang biduan bila mengalami
hal semacamnya, konon Bulu Mata palsu pun bila terjatuh kelantai maka
akan terdengar hembusan anginnya dan siap2 untuk di dakwa... ada dua
pilihan si Biduan berlari sambil menangis atau memungutnya namun
resikonya penonton akan meneriakinya dan mengejeknya habis-habisan.
Bukan Anita namanya bila tidak memiliki akal membuat sekonyong2 hanya
sebuah dagelan...?, lalu dipungutnya rambut palsunya dan kembali
memasang dirambutnya sambil menatap ke penonton yang terdiam seribu
bahasa menunggu pengHakiman untuk mendakwa dan apa kira2 pembelaan oleh
penyanyi ini?... Rupanya Anita memasang kembali rambut palsu sedapatnya
dan mendelikkan mata sebesar Jengkol, menaikan tangan meniru mongkey dan
menjulurkan lidah seperti guguk sambil berkata weeeeeeeeek... Kontan
penonton yang terdiam tadi tiba-tiba tertawa terpingkal2 karena
menyangka Anita sedang melawak, hahahahahahahah.. kena deh loe penonton.
Akhirnya seorang Produser Rekaman mengajaknya membuat Album dimana
Anita Tourisia bergandengan dengan ‘Nanin Sudiar’ masing2 mereka
membawakan 3 buah lagu dalam bentuk rekaman vinyl atau plat, sayangnya
mereka berdua sama lupa judul album tersebut. Kemudian Anita Tourisia
kembali muncul pada album ‘Sepeda Mini’ dan menjadikan namanya menjulang
adalah pada album ke Tiganya yang berjudul ‘Mama/ Syair D.Djufri &
lagu Selendang Merah/ cipt. A Riyanto’. Sayangnya pihak produser tak mau
merugi untuk buru-buru melepas kepasaran album ke 4 dari Anita Tourisia
mcurlah album ‘Bunga Mawar/cipt. A Riyanto & Anak RT Jadi
Pengantin/Cipt. D Djufari, benar saja album ini tidak sedahsyat album
sebelumnya. Kemudian diceriterakan kembali oleh Anita bahwa ada seorang
produser yang gagal menggaet pasangan Titiek Sandhora & Muchsin dan
tertarik melihat Anita Tourisia yang dipikirannya mampu menyaingi atau
setidaknya menyamakan kepopuleran Titiek Sandhora & Muchsin dengan
menyandingkan seorang penyanyi pria dewasa bernama ‘Dydy Yuda Prawira
lewat album Dudidu Didu & Rejeki Nomplok/cipt.Wedaswara, benar saja
pasangan baru ini cukup menggetarkan hati penikmat musik Indonesia
dimasanya. Sayangnya pasangan ini seumur jagung dan Anita Tourisia tetap
melenggang sebagai penyanyi solo wanita yang memiliki suara khas yang
tidak dimiliki penyanyi seangkatannya dan tour show tidak saja di
wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke tapi sudah merambah ke
negara Asia bahkan 2 buah album di hasilkannya di negara Singapura dari
recording Cameron dengan sejumlah single seperti: Di Taman Bunga, Pantai
Besji, Hiasan Mimpi, Biarkan Ku Menangis. Pada Usia 11 tahun, ke
populeran namanya, mobil mewah, rumah mentereng dan uang banyak
diperolehnya saat album MAMA meledak di pasaran, rumah lama di Asrama
ABRI Tanjung Priuk di tinggalkannya dan menempati rumah baru hasil jerih
payahnya dari hasil ngamen di daerah Tomang- Jakarta Pusat. Rumah
barunya terbilang luas dan besar, tujuannya agar menampung kedua orang
tua dan adik2nya yang selama ini memberikan suport kepadanya sehingga
menjadikannya seorang biduan Populer dimasanya. Patutlah rasanya Anita
Tourisia menikmati hasil jerih payahnya dari album2nya, show-show ke
berbagai Negara Asia seperti Singapura, Malaysia dan daerah2 Indonesia
di Lakoninya sehingga dimasa itu tidak ada yang tak mengenal nama Anita
Tourisia. Namanyapun menjadi buah bibir di kalangan musisi dan media
yang melibatkannya sebagai tandingan ‘Titiek Sandhora’, terlebih lagu
‘Mama/syair.D. Djufari, Selendang Merah/cipt.A Riyanto & Pemancar
Kesayangan/cipt.Wisjnu M’ menjadi lagu wajib di radio Nusantara. Namanya
sering dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah terjadi di
Medan Namanya dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah
terjadi di Medan seseorang melaporkan padanya melihat Anita sedang show,
Anita kaget dan terperanjat karena disaat sama dia merasa tdk pernah
terlibat show didaerah tersebut dan setelah diusut ternyata sesorang
penyanyi daerah yang didandanin mirip Anita Tourisia dan menyanyikan
lagu-lagu hits darinya secara Lipsing. Tahun 1974 adalah album terAkhir
yang dihasilkan dan Anita Tourisia mulai kePincut melebarkan sayap untuk
diAkui menjadi penyanyi Internasional, saat itu Anita sedang bernyanyi
sambil Dance, seorang pencari bakat wanita-wanita muda & cantik
menguasai Ballet untuk diajak sebagai Dance & Ballet di Rumania
bernama ‘Pieter’. Sang ayah menolak tegas dan membukakan mata Anita
bahwa bila disana tentunya sang ayah tak mungkin bisa menemaninya kemana
dia bisa pergi. Kekerasan hati Anita untuk hengkang dari Tanah Airnya
menjadi kekuatannya untuk memastikan menjemput impian pada tujuannya
Amerika, terlebih Anita mempunyai kekasih koresponden di California
bernama ‘Darrel Bratty’ adalah seorang Lawyer terkemuka pastilah dapat
membantunya untuk raih impiannya. Anita sang pemalu yang polos tak
pernah menoleh kebelakang dan didongakkan kepalanya menatap lurus bahwa
untuk menjadi super star dunia harus rela berkorban berpisah dari
populeritas yang sudah didapatnya dan orang2 dicintainya. Sayangnya apa
yang dipikirannya adalah selalu perjalanan mulus itu tidak dijumpainya,
sahabat korrespondentnya dengan seorang penyanyi Amerika ‘Neil Diamond’
saat itu tidak dijumpainya untuk merekomendasikan untuk bisa masuk
diNegara yang ditujunya karena sedang show di England terlebih pakaian
dan uang banyak tertinggal si koper ke penerbangan New York. Anita
terbengong sendiri di Airport, mulai gambaran2 diotaknya tentang
kebrutalan negara paman sam mulai berkecamuk kalau2 dia dirampok bahkan
dibunuh terlebih perempuan seorang diri tak mungkin menyusul sang idola
korrespondent ke Los Angeles tanpa baju ganti dan uang. Namun Tuhan
tidak ingin melihatnya lama2 berpikir buruk2 kekerasan dunia karena dia
percaya Tuhan ada dimana2 dan selalu tunjukan keEsaanya, benar saja
seseorang juga sedang kebingungan karena kopernya juga ikut terbang ke
New York bersama koper Anita. Dia adalah seorang suku Indian yang baru
saja bertugas sebagai tentara di Korea dan tadi dipesawat satu duduk
dibarisan bangku sama tapi sepanjang penerbangan tidak bersapa. Tentara
Indian kemudian menawarkan untuk kerumahnya daripada seorang diri di
Airport dan janjinya bseok kembali sama mencari kopernya, Anita manut
dan menurut saja tanpa beban dan berfikirin negatif kepada orang yang
baru dikenalinya. Anita dibawa kepemukiman suku Indian dan diperkenalkan
ke Ibu dan saudari perempuannya disinilah Anita merasa lega dapat tidur
habiskan mimpi malamnya di kamar pemuda suku yang rela berbagi untuk
Anita dan dia sendiri memilih tidur disofa ruang tamu. Esoknya pemuda
Indian menepati janjinya mengantar Anita mengurus kopernya dan
setelahnya mereka berpisah untuk masing2 menata kembali kehidupannya, oh
iya .. sayangnya sang dewa penolong itu Anita sama sekali tidak ingat
namanya kecuali melukiskan bahwa wajahnya mirip ‘Charles Bronson’ si
iklan Mandoooom itu sehingga penulis tidak mencantumkan namanya.
Akhirnya Anita menempati sebuah Apartement dan lambat laun sudah mulai
beraktivitas layaknya seorang wanita kepasar belanja keperluan sehari2
yang Anita tidak pernah lakukan saat masih di Indonesia mulai dari masak
memasak dan mengenal dugem dan pesta2 anak muda-dmudi sehingga tidak
terasa masa visanya sudah habis dan harus perpanjangan masa berlakunya
sementara pekerjaan sebagai penyanyi belum juga berpihak padanya.
Seorang pria kenalannya bernama ‘Robert King’ menawarkan solusi untuk
menikahi dengan maksud dan tujuannya sebagai penjamin untuk mendapatkan
‘green card’, Anita manut saja dan mulai merambah menyanyi2 di cafe
& resto tanpa harus main petak umpet dengan Imigrasi. Selama
hitungan bulan perpisahannya dengan pemuda Indian yang mirip Charles
Bronson itu, Anita dan Robert King berkunjung ke pemukiman suku indian
untuk sampaikan terimakasih sekligus memperkenalkan suaminya dan betapa
terkejutnya Anita mendapat kabar dari para tetangga suku indian itu
bahwa si Charles Bronson itu sebenarnya sudah meninggal 3 tahun lalu
tewas dimedan perang. Kepala Anita menjadi pusing terasa nanar dan bumi
berputar, langit seakan runtuh bila dia ingat betul pertemuannya pemuda
indian itu, duduk berdampingan dalam pesawat, sama ketinggalan koper dan
bahkan sudah pernah menempati kamar tidur dirumahnya maupun kembali
mengantar ke Airport untuk mengurus kopernya adalah anita percaya adalah
seseorang yang dikirim Tuhan untuk menolongnya... Wallahualam. Menjadi
Artis diNegara orang adalah bukan gampang seperti permainan sulap
langsung abrakadabra, belum lagi bahaya terjebak kedalam mulut harimau,
bahkan bisa masuk kandang singa, produser disana blak2an menawarkan
seorang penyanyi bisa diorbitkan asal bisa menemaninya dulu tidur dan
lebih parahnya ada yang menawarkannya asal bisa melakukan ‘oral sex’
ditonton banyak orang lain. Bila soal itu Anita bukanlah orangnya yang
gampangan untuk bisa diajak tidur demi popularitas terlebih masih ingat
bahwa wanita indonesia masih mempunyai norma2 ketimurannya yang
dijunjung tinggi terlebih sudah memiliki suami. Karir menyanyi Anita
cukup melesat bagai panah, pertunjukan shownya diberbagai negara
seperti; Canada, Alaska, New York dan seluruh Amerika sudah
disinggahinya sehingga pernikahannya diujung tanduk karena ketidak
siapan Anita memiliki Baby dan prioritas adalah karir impian semasa di
Indonesia. Akhirnya pernikahan Anita dengan Robert Kingpun kandas,
mereka berpisah dengan damai tanpa ada permusuhan dan semata2 hanya
karena pernikahan untuk sebuah green card saja. Akhirnya Anita
melenggang sebagai penyanyi di pub sehingga kesempatan dari mr William
‘Morris Agency’ terpaksa terlewat karena sang pemilik pub sudah mengikat
penyanyinya dengan kontrak sepihak, hingga suatu hari sepasang suami
istri dari salah satu tamu tetap sering memperhatikan dengan seksama
tindak tanduk Anita. Pada akhirnya diketahuinya bahwa sepasang suami
istri ini tertarik merekrut Anita sebgai spionase atau intelijen Agen
Asing Rahasia yang tetap sebagai penyanyi namun mempunyai tugas
memata-matai pub-pub yang di singgahinya karena terendus ada kegiatan
portitusi. Anita Tourisia kini sudah meninggalkan aktivitasnya sebagai
penyanyi dan dia ingat terakhir kalinya masih melempar album ‘Little
Teaser’ pada tahun 1984 produksi Amerika saat masih bersama suami
keDuanya ‘William Easystone’ yang bertindak sebagai produser dimana
album inipun sempat beredar di indonesia. Begitupula Anita menyempatkan
pulang kampung di Indonesia menerima show di jakarta selama 1bulan dan
Jogyakarta 1 minggu menjadi saksi sebagai ucapan ‘Good Bye’ pada dunia
yang dulu membesarkannya. Anita berceritera dengan dunia barunya bahwa:
‘pernah menerima Teror Ancaman Pembunuhan dan merasa sangat ketakutan
bersembunyi di bagasi mobil berjam-jam sebelum dianggapnya benar2 aman
dan bahkan pernah di dampingi bodyguard bila hendak kemana2’.
AnitaTourisia yang lembut berkulit halus kini tidak ditemukan di dirinya
lagi, yang ada sekarang Anita Tourisia penuh otot dan tubuhnya berhias
dengan Tatto, dikisahkannya: mulai tertarik dunia barunya sebagai
Detektif Swasta yang sudah dia geluti pada pertengahan 80’an ter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar